ditemani dua cewek hasil kopi darat dunia yang terbatas pada 140 karakter, twitter, gue menonton film yang menjadi debut penyutradaraan mathias muchus ini. ekspetasi gue sangat berlebihan mengingat produser film ini juga membawa nama 3 hati 2 dunia 1 cinta di ranah piala citra. padahal cuman produser aja, apa yang bisa dibanggain? kebetulan aja filmnya masuk FFI kan? so, seharusnya poster film nggak perlu selebai itu. apalagi tampilan posternya sangat banyak dipake film-film bertema sejenis. sebut saja ketika cinta bertasbih.
plot film ini dipecah menjadi dua bagian. pertama soal anak kecil bernama rindu/purnama (salma paramitha) yang tertabrak mobil surya (tengku firmansyah) ketika sedang dikejar-kejar satpol pp. semenjak tertabrak, rindu mengalami lupa ingatan ringan sehingga pak pur, sopir surya, tak tega untuk mengembalikannya di jalanan. padahal jelas majikannya tak suka dengan kehadiran rindu. tapi ketika tanpa sengaja mendengar ceramah di masjid tentang kebaikan menolong sesama, ada sesuatu berbeda yang membuat surya sadar, bahwa dia tak perlu harus membenci rindu seperti itu.
plot kedua bercerita tentang obsesi monik (titi sjuman), mantan cewek nerd yang berubah menjadi ambisius dan arogan setelah kuliah di US demi mendapatkan surya, orang kesayangan ayahnya diperusahaan. padahal sejak dulu jelas terlihat bahwa surya sama sekali tak mempunyai respon padanya. tapi monik tetap keukeuh dengan usahanya. hingga akhirnya dia tahu kepada siapa hati surya tertambat dan itu membuatnya semakin gila dalam berusaha. apalagi baginya, wanita pengurus rumah singgah bagi anak jalanan bernama sarah (ririn ekawati) sangat nggak pantas buat surya.
dan diramulah dua plot itu menjadi sebuah skenario oleh tangan dingin mathias muchus dan ifa isfansyah. tapi sayang aja, pengabungan dua plot terlihat mengganggu ketika diterjemankan ke dalam bentuk bahasa audio visual. entah itu soal pengeditan, cara penyutradaraan atau akting pemainnya yang...
to be honest, adegan pembuka film sangat menghibur. adegan lari-larian antara anak jalanan versus satpol pp. tapi ketika kredit judul rindu purnama terlihat, film ini mulai tak menarik. seperti yang udah gue singgung, akting pemainnya nggak all out. tengku firmansyah dan titi sjuman berakting sangat flat hampir tanpa letupan emosi. dialog mereka terlihat tak mempunyai nyawa. padahal mereka, terlebih titi sjuman, biasanya nggak pernah sedatar ini dalam berakting. bahkan ketika jadi bintang tamu di film khalifah.
akting anak kecilnya juga gitu. lebay semua deh a la sinetron. eh bukannya si pemeran rindu juga eksis duluan di sinetron intan ya? nangis-nangis tanpa tujuan. apa sih maksudnya? untung ada si kecil faril ramadhan yang terlihat unyu sebagai akbar dengan ingusnya yang kelihatan kalo ingus bohongan haha...
mungkin akting mereka nggak bakalan sebiasa ini kalo skenarionya lebih berbobot. gue nggak tahu deh apa yang ingin disampein sama film ini. sangat nggak ngena. bahkan dibeberapa scene terlihat hal-hal nggak berlogika seperti tak diceritakan bagaimana seorang gadis kecil lupa ingatan, bisa bertahan tanpa kelaparan. oke, di scene selanjutnya emang ada dialog kalo dia lapar, tapi kok ekspresinya biasa aja? dan film ini diperparah dengan hadirnya edwin dan jhody yang, astojim, ngapain sih mereka disitu? nyampah banget. adegan yang ada mereka dibuang juga gak masalah. terlihat tai dimata gue.
meski masih goyang-goyang, mathias muchus sepertinya bisa jadi sutradara berbakat kalo dia bisa lebih mengembangkan keahlian barunya selain berakting. kemampuannya dalam mengambil angle-angle kumuhnya kota jakarta terlihat sangat art. bikin gue deja vu sama film slumdog milionaire. terinspirasikah dia?
at least, gue sangat kecewa sama film ini. jauh dari ekspetasi gue. datar, datar dan datar. hampir mendekati kata membosankan. terlepas dari misi dan visi apa yang ingin dibawa mathias muchus dan mizan production kepada penonton indonesia. potret kemiskinan dan kumuhnya indonesia? cerita silly tentang cinta segitiga? jatuh bangun nasib anak-anak jalanan yang tak dilentarkan oleh pemerintah? padahal jelas tertera dalam pasal 34 ayat 1 yang berbunyi Fakir Miskin dan anak - anak yang terlantar dipelihara oleh negara. tapi mana buktinya?
Rating 3.5/10
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar