Pages

Keumala [2012]

Bookmark and Share

"Kesepian membuat kita pandai berdusta, terutama pada diri sendiri.." – Keumala

Berawal dari keangkuhan berebut senja yang sama, dua anak manusia diperkenalkan pada sebuah rasa. Ialah Langit (Abimana Aryasatya), seorang fotografer berumur 30 tahun yang mencoba lari dari masa lalu. Kemudian ada Keumala (Nadia Vega), novelis berumur 26 tahun yang sedang mencoba menerima masa depan. Hingga perbedaan itu membuat keegoan mereka lebih dominan. Membuat rasa yang siap bergelora tersebut terpasung tanpa tahu kapan akan merona.

Keren! Cukup satu kata yang bisa gue gambarkan tentang film ini. Benar-benar pengalaman menonton film Indonesia di bioskop yang jarang gue rasain. Evoke so much emotion in a such unconventional way.

Iya, disaat semua orang apatis dan lebih memilih film satunya yang rilis di hari bersamaan, gue dengan ekspetasi yang sudah tinggi, lunas tuntas dibuat tersenyum bahagia karena ternyata ekspetasi gue nggak meleset. Oh God, film ini benar-benar indah dibalik segala kekurangannya.

Temen gue sempet bilang kalau story telling Andhy Pulung, selaku sutradara, masih kurang kuat. Justru itulah yang membuat film ini tampil berbeda dan apa adanya. Gue pikir seorang Andhy sudah tahu bagaimana dia harus menerjemahkan naskah penuh puitisasi ironi garapan Dirmawan Hatta melalui paduan konsep dokumenter dan drama.

Jadilah menonton Keumala seperti menikmati film-film eropa dengan alur acak, maju mundur, tapi kemudian bertemu pada suatu titik. Belum lagi visualisasi ciamik dalam meng-capture keindahan pulau Sabang, spot-spot diatas kapal serta teknik pengambilan gambar yang unik seperti hanya menyorot gerak tangan saja tapi bisa berbicara banyak dengan sangat efektif.

Gue juga suka puitisasi yang ditebarkan dalam dialognya. Terdengar lugas dan cynical disaat yang bersamaan, tapi penuh makna. Bukan puitisasi sampah seperti yang disajikan dalam film Kehormatan Di Balik Kerudung. Which is tanpa background jelas memakai dialog sastra maksimal hingga terlihat begitu tolol.

Dari segi akting, gue cukup terpukau dengan penampilan all out dari seorang Nadia Vega. Mungkin dibeberapa bagian masih terlihat sinetronism. Tapi dia berhasil membuat Keumala seolah nyata dan hidup. Juga untuk Abimana yang bermain cukup aman meski mau nggak mau mengingatkan gue dengan karakter slenge’an sebagai Andi dalam Catatan Harian Si Boy.

Memang terlihat begitu personal, tapi gue acungi dua jempol untuk keberanian tim produksi menghadirkan tontonan yang berbeda. Ini bukan film untuk pasar, ini film art! Dan gue suka! Sangat direkomendasikan untuk kalian yang ingin mendapatkan pengalaman menonton film lokal dengan taste yang berbeda.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar