Film terbaru arahan Rudi Soedjarwo ini harusnya rilis pada lebaran lalu memanfaatkan momentum liburan untuk mengeruk jumlah penonton. Namun setelah melihat hasil akhir, gue tahu kenapa film ini dimundurin ke bulan Desember. Even lebih oke kalo tayang di TV aja. Karena pas rilis Desember pun, filmnya tersaingi oleh kehadiran Nirina dengan wig a la Giring Nidji dalam BIDADARI-BIDADARI what-so-ever itu. Geez!
Premis cukup simple, usaha seorang Yuma (Cahya Saputra) melatih keberanian melawan Omar (Omara N Esteghlal), anak nakal di kampungnya. Sederhana dan bila dieksekusi dari naskah yang tepat, akan menjadi film anak yang inspiring ...katanya. Tapi ternyata Rudi membuat tema sederhana melawan bully menjadi super duper, gue ulangi lagi biar drama: SUPER DUPER LEBAY!
Ya kali di opening film tampak meyakinkan, tapi usai itu gue merasa uda dicekoki dengan drama nggak jelas yang menurut tasiran gue scriptless. Kalopun bener pake skrip (di credit ada tulisannya Tumpal Tampubolon sebagai penulis, sih, FYI) pasti hanya 2-3 halaman.
Gimana nggak scriptless kalo banyak momen kosong yang diisi dengan shot-shot ga meaning yang bikin nguap berkali-kali, bahkan udah mau walk out dengan riang gembira tapi batal mengingat udah separo jalan. Yang ada gue jadi sibuk heboh sama 7 orang dalam bioskop yang diisi temen-temen gue doang.
Jangan sedih, standarisasi Rudi; plot-cewek-ketemu-cowok-lalu-deket juga kedewasaan-karakter-tidak-pada-tempat-bagi-seorang-anak-kecil ada di sini lho. Dan tingkatnya masuk dalam taraf ganggu. Oh come on!
Film anak terburuk yang pernah gue tonton. Film anak TERBURUK sepanjang 2012. Entahlah, pokoknya film ini nggak banget. Nyesel gue nontonnya. Berasa nonton film yang harusnya lima menit udah habis tapi ini dipanjang-panjangin jadi satu setengah jam. So, bisa lo bayangin gimana nistanya.
Pesan Moral: Dibully? Lawan dengan bacot! Sekian. Salam super!
RATING: 2 dari 10
1 untuk gambar yang cantik. 1 untuk tata musik.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar