Pages

Penonton Film Indonesia Merosot. Menurut L?

Bookmark and Share

Seperti yang kita tahu, kasus sengketa pajak telah usai. Film impor pun kembali tayang. Semua masyarakat yang jadikan menonton film sebagai sebuah gaya hidup senang melihat hal itu. Tercatat sejak tanggal 29 Juli 2011, mereka mendapatkan kembali sesuatu yang hilang; menonton film berkualitas di bioskop. Di mulai dari tayangnya Harry Potter and The Deathly Hallows Part 2 dengan jumlah copy gila-gilaan. Lalu disusul summer movies lain seperti Fast Five, Pirates of The Carribean: On Stranger Tides, Kung Fu Panda 2 hingga In Time yang dibintangi oleh Justin Timberlake dan Amanda Seyfried yang akan segera hadir dalam waktu dekat.

Sepertinya tampak baik-baik saja. Sepertinya tampak menyenangkan. Tapi tidak bagi sineas kita. Sedikit banyak hak-hak mereka telah dikebiri!

Dulu, sewaktu kasus sengketa pajak belum menemukan titik terang, kehadiran film impor merosot drastis. Kalopun ada yang rilis, itu hanyalah film-film yang sebelumnya tersimpan rapi di gudang. Dan film Indonesiapun mendominasi. Tapi mendominasi dengan merilis tontonan tidak bermutu. Dan terus-terusan tidak bermutu yang mirisnya, biar banyak dicela, tetap mendapat banyak penonton yang entah datang darimana. Hingga pandangan skeptis masyarakat yang mencoba mencintai film bangsanya perlahan kembali memudar.

Memang, ditengah dominasi horor-komedi tidak bermutu yang menjadikan pocong dan kuntilanak sebagai pionir jualan, muncul film-film yang dibuat dengan hati. Sayangnya sajian bermutu tersebut sepi dari penonton. Entah karena terlanjur mendapat label buruk atau memang selera penonton kekinian menyukai hiburan yang seharusnya nggak layak konsumsi tersebut.

Setelah film impor kembali hadir, film Indonesia makin kehilangan penonton. Memang masih sih ada yang menonton. Tapi tidak sebanyak yang diperkirakan. Bahkan, film spesial lebaran yang menjadi ajang summer movies-nya Indonesia pun mengalami kemerosotan jumlah penonton hampir 50% dibanding tahun lalu. Padahal tahun ini film yang hadir lumayan berkualitas seperti Tendangan Dari langit, Lima Elang dan Di Bawah Lindungan Ka’bah meski masih memiliki kekurangan.

Kini, memasuki bulan ketiga pasca sengketa pajak, kemerosotan penonton kian biadab. Sepanjang 3 bulan ini, tidak ada satupun film Indonesia yang mencapai target penonton 400 ribu. Ini bukan lagi soal sinisme sebagian penonton. Tapi dominasi film asing yang terlalu repetitif membuat film Indonesia kesulitan bergerak. Merasa dianak tirikan bangsanya sendiri. Tak mendapatkan tempat. Tak dilirik.


Perhatikan saja, pihak 21 dengan brutalnya merilis film-film (yang kebetulan memang layak ditonton) dalam jarak terlalu dekat. Minimal dua film asing rilis tiap minggu pada hari rabu dan jumat. Sedang film Indonesia rilis pada hari kamis. Sebagai contoh nih, belum kelar hype Super 8 dan The Three Musketeers, hari rabu kemaren rilis Johnny English Reborn. Trus hari kamis rilis dua film Indonesia baru berjudul Kehormatan Di Balik Kerudung dan The Perfect House yang kayanya sepi-sepi aja. Dan pada hari jumat rilis lagi fil baru bertitel Real Steel. Nah loh, gimana penonton mau melirik film indonesia kalau kayak gini caranya?

Pada titik ini terlalu riskan kalau menyudutkan pihak-pihak seperti 21 yang agak berlebihan atau pemerintah yang terlihat niat nggak niat membangkitkan industri perfilman kearah yang lebih baik. Tapi kalau tetap kayak gini, sineas akan kehilangan semangat membuat film bermutu. Seperti status twitter Hanung Bramantyo yang nampak kehilangan percaya diri kalau film terbarunya bertajuk Pengejar Angin akan mendapat tempat di hati penonton. Sekarang tinggal kitanya aja: apa mau kayak gini terus? Atau nunggu dihadapkan pada pilihan yang nanti pasti akan terjadi: hilangnya film indonesia?

Please guys, ini film kita lho.. Dukung kek, apa kek. Abaikan film gak bermutu yang tujuannya beredar emang cari untung. Jangan cuma bacot jelek lah, apalah... Semua itu nggak akan membantu kalo lo tetep diam ditempat dan malah nggak nonton film yang dibuat dengan hati. Setidaknya dimulai dari diri sendiri deh. Budayakan menonton film Indonesia berkualitas. Jauhi film nggak bermutu!

At least, tetap cintai film Indonesia ya. Karena kalau bukan kita sebagai penerus, siapa lagi?

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar