Biasanya, film Indonesia yang bagus dan bermutu—bukan karena box office, selalu rilis dalam versi home video lumayan lama. Gak tau deh alasannya. Entah disengaja atau emang ada something apaan.
Di postingan tahun lalu gue sempet bikin list film yang gak beredar dalam bentuk kepingan disc. Tapi gataunya muncul juga meski memakan waktu lama. Bahkan sempet ditafsir gak bakalan muncul. Beberapa film yang bermutu itu biasanya gak sempet gue tonton dibioskop. Contohnya kek heart-break.com dan ruma maida yang akhirnya bisa juga gue tonton dan review.
Hari kamis kemaren (20/01/2011), setelah dibikin penasaran karena banyak yang bilang bagus, keren, beda dan kawan-kawan, gue seneng banget ketika nemu info kalo film perdana arahan affandi abdul rahman keluaran tahun 2008 berjudul pencarian terakhir ini rilis juga dalam bentuk DVD. Gak pake lama, gue langsung nyewa di rental terdekat. Ekspetasi gue sebelum nonton tuh campur-campur. Apa iya ada film horror seoke komentar orang-orang yang udah lihat itu? Ya, you know lah kualitas film horror keluaran Indonesia dewasa ini. Kalo nggak nyampah ya makin nyampah. Jadi tanpa harapan lebih, gue tontonlah film ini.
Cerita dimulai dengan keberangkatan Gancar (Tesadesrada Ryza), adik Sita (Richa Novisa) ke gunung sarangan bersama teman-temannya. Meski sempet kuatir, Sita pun mengijinkan adiknya berangkat. Dan keputusan itu baru dia sesali setelah 5 hari gak ada kabar dari Gancar. Padahal Gancar sudah berjanji akan pulang di hari ke empat. Berbekal rasa takut kehilangan seorang adik, Sita bersama teman-temannya, Oji (Alex Abbad) dan Bagus (Yama Carlos) yang mengajak serta Tito (Lukman Sardi), mantan pacar Sita yang dulu juga pernah mengalami keganasan gunung sarangan, berangkat melakukan pencarian. Tentunya dengan bantuan tim SAR setempat, mereka berempat berjibaku menantang medan gunung sarangan yang berat dan menyimpan aura mistis. Apakah Sita berhasil menemukan adiknya kembali?
Dari segi plot tampak seperti skrip drama yang biasanya kita temui di film-film Hollywood. Tapi rupanya penulis skenario menambah unsur mistis khas Indonesia. Bukan, bukan hehantuan narsis kek di film-film horror seksi yang menjamur. Jadi jangan harap ada penampakan pocong dan saingan beratnya, kuntilanak. Atau hantu wanita dengan rambut panjang yang jalannya merangkak a la film jepang. Horror disini lebih ke psikologis tokoh-tokohnya. Gue bilang sih lebih ke thriller psikologis yang cenderung memainkan kedetailan emosi.
Sebagai film layar lebar pertama, affandi abdul rahman terlihat meyakinkan bahwa dirinya adalah sutradara berbakat yang nantinya semoga saja tidak terjebak pakem sutradara Indonesia kebanyakan. dimana lebih mentingin uang doang dengan hasil film biasa atau malah gatot alias gagal total. Cara nge-shoot angle-angle terlihat tegas. Dia juga bisa mengarahkan bintang-bintang difilmnya untuk tampil secara baik dan benar meski akting mereka nggak all out.
Banyak yang memuji akting Richa Novisa. Padahal akting dia biasa aja disini. Emosinya tuh nggak dapet. Masih bagusan akting dia di film heart-break.com yang juga didirect oleh affandi. Meski cuman dapet peran pendukung, gue suka sama karakternya yang judes. Di pencarian terakhir, Richa keliahatan kayak bingung mau ngapain—walau di film ceritanya emang lagi bingung. Tapi disini yang terlihat dia bukan bingung karena adik yang ilang. Tapi bingung dalam menjaga aktingnya yang kelewat berhati-hati.
Jajaran pemain lainnya juga gitu. Seperti alex abbad yang berperan super santai padahal masalah lagi genting, Yama Carlos yang nggak tau dia disini lagi akting atau ngapain, Lukman sardi yang, yah, gue akui dia emang pintar berakting. Tapi setelah disuguhi film-film yang pemainnya dia lagi-dia lagi. Gue jadi lumayan eneg. Lukman bermain lebih baik dari semua. Tapi gue bosen lihat mukanya.
Belum lagi terlalu banyak karakter yang ditampilkan, membuat gue jadi ribet sendiri ngelihatnya. Dari figuran yang tampil prima sampai pemeran pendukung yang annoying dan maksa. Seperti akting teman Gancar yang bernama Ranti. Sumpah, nggak banget aktingnya.
Gue suka sama lokasinya yang ijo royo-royo. Tapi gue rada keganggu sama set yang dipake pas adegan jatuh-jatuh di pinggir jurang. Kok kelihatan banget ya kalo syutingnya dibikin tidur dan diambil dari samping? Hahaha…
Gue nggak suka sama pengeksekusian akhir yang nggak jelas. Dimana nggak diceritakan sosok-sosok gaib yang bertebaran itu siapa-siapa. Atau memang sengaja dibikin gitu kali ya? Namanya juga rahasia alam. Gue juga nggak suka sama ending yang terkesan buru-buru. Dimana diawal kayaknya lama banget dan bikin gue nanya kapan mereka ketemu. Bahkan sempet gue berasumsi kalo tokoh-tokoh yang hilang benernya udah mati. Kayak satu segmen cerita di film horror Thailand 4Bia berjudul “In The Middle”.
Overall, pencarian terakhir terlalu biasa untuk ukuran film lama yang versi home videonya baru rilis.
Rating 5.5/10
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar