apa jadinya kalo novelis wanita pemberontak bernama ayu utami membuat sebuah naskah film? to be honest, sebagai seorang yang juga bookaholic dan doyan dengan bacaan ringan kek novel pop atau teenlit, gue nggak tau siapa ayu utami. tapi ketika mampir ke perpustakaan kota gue pernah pegang-pegang bukunya tanpa niat membaca dan pas ngebaca artikel yang mengulas profilnya baru gue tau kalo penulis, jurnalis dan aktivis satu ini sangat nyentrik. lalu, apakah kepiawaiannya merangkai kata bisa menghasilkan tontonan yang bermutu?
adalah ruma maida. bercerita tentang seorang cewek idealis bernama maida yang terkesan freak dan mendirikan sekolah di sebuah rumah tua kosong bekas jaman penjajajahan tentara jepang untuk anak jalanan. disamping mengajar, maida juga tengah sibuk merampungkan skripsinya.
pada suatu pagi tiba-tiba maida terpaksa menerima kenyataan pahit kalau dia dan anak didiknya harus mencari tempat belajar lain karena tempat yang dia gunakan untuk mengajar selama ini akan dipugar dan dijadikan sentra bisnis. dari situ akhirnya maida bertemu dengan sosok sakera, seorang arsitek yang menjadi love interest di sepanjang film. bersama sakera, maida mencoba berjuang mempertahankan sekolahnya agar tak jadi dipugar. namun ditengah jalan, ternyata banyak rahasia yang harus dia pecahkan. hingga akhirnya jawaban dari misteri tanpa sadar merubah hidupnya. juga hidup orang-orang disekitarnya.
dari segi plot 'maida dan rumah' sebenarnya biasa aja. apalagi plot tambahan tentang sosok pemuda belanda bernama ishak pahing yang jatuh cinta dengan gadis pribumi dan scene-nya yang dibikin bersinggungan dengan alur flashback antara tahun 1998 dan tahun-tahun sebelum kemerdekaan republik indonesia dicanangkan. namun dengan begitu eksotik, teddy soeriaatmadja yang pernah menggarap banyu biru, ruang, namaku dick dan film remake, badai pasti berlalu, bisa mevisualisasikan hal-hal biasa itu menjadi menarik dipandang mata. didukung set yang artistik, tata cahaya yang pas dan cara teddy mengambil angle-angle disetiap menitnya membuat film ini terasa hidup.
namun ternyata gambar apik yang tersaji dilayar nggak mumpuni dalam soal penceritaan.
pertama dari segi alur yang maju mundur. dimana yang menjadi bagian flashback bukan kisah masa lalu atau seenggaknya masih berhubungan dengan tokoh utama, ini malah kisah tokoh lain. yah, meski setelah liat endingnya gue jadi tahu kenapa filmnya dibikin kayak gini. tapi yang bikin annoying tuh cara teddy menampilkan pergantian dari cerita maida ke cerita ishak pahing. terkesan lompat-lompat dan nggak jelas.
soal kedua dari segi plot 'maida dan rumah' secara keseluruhan terlihat jelas cerita tentang keidealismean maida mempertahankan rumah untuk pendidikan gratis bagi anak jalanan. tapi entah kenapa seiring berjalannya cerita, film ini cuma berkonsentrasi pada persoalan rumah. menjadikan soal anak-anak jalanan hanya sekedar tempelan belaka.
belum lagi sosok davina veronica, yang berperan sebagai ratu, anak pengusaha angkuh bernama dasaad muchlisin, nggak jelas antara tipe cewek bitch atau baik-baik karena porsinya nanggung. diawal gue kira dia menjalin hubungan dengan sakera, tapi rupanya sampai akhir dia hanya sekedar nempel untuk memanjang-manjangkan cerita. toh, tokohnya ditiadakan pun, nggak mengalami gperubahan cerita yang signifikan. karena kisah maida dan sakera ternyata lempeng-lempeng aja dan hampir tanpa emosi berarti.
meski dibuat ble'e dan kebingungan akan arah film pada satu jam pertama, secara keseluruhan film ini lumayan buat ditonton. visualisasi teddy keren banget. dan itu terlihat jelas di scene ketika maida dan sakera terjebak ditengah hiruk pikuk tragedi mei 1998. two thumbs up deh!
apa jadinya kalo novelis wanita pemberontak bernama ayu utami membuat sebuah naskah film? tentu aja jadi film yang mencoba berbeda tapi akhirnya terjebak dengan hal-hal yang seharusnya masih bisa diperbaiki sehingga kesan rumah maida jadi terlalu biasa-biasa aja seperti ini.
lalu, apakah kepiawaiannya merangkai kata bisa menghasilkan tontonan yang bermutu? gue rasa masih jauh dari kata itu.
at least but not last, kenapa judulnya ruma maida, dan bukan ruma(h) maida? karena jelas-jelas menceritakan soal ruma(h) bukan ruma. ah, apalah arti sebuah judul.
rating 5/10
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar