Rasanya menjadi pilihan yang tepat untuk tidak menonton film ini dibioskop walau sebenarnya agak curious seperti apa jadinya film kesekian om naya yang rilis menjelang akhir tahun 2010 ini. Dan beruntung dengan cepat filmnya rilis dalam versi home video sehingga bisa gue tonton di kamar dan langsung pingsan saat itu juga. maklum, nonton sebuah produk cepat saji.
1. film dibuka dengan sangat nggak banget. Sumpah deh. Dan semakin durasi berjalan gue makin nggak tau apa tujuan film ini dibuat. Untuk mengekor kesuksesan heart, mengingat posternya menipu dengan judul yang terlalu dibuat-buat seperti itu? Apalagi begitu menonton secara keseluruhan, template film ini sangat heart nya om hanny r. saputra banget. Dari lokasi yang bisa kita jumpai di film heart dan premis yang sebelas dua belas.
2. editing film ini sangat menyedihkan. Gue pengen nangis lihatnya. Lompat kesana-kemari tanpa arah.
3. I think film ini merupakan film nayato paling jelek diantara yang udah jelek. Karena dia kelihatan nggak niat banget bikin film ini. Visualisasinya nggak seindah biasanya. Tau sendirikan gimana kebiasaan nayato yang hobi bereksplorasi dengan angle-angle itu? Coba aja lihat sendiri deh—itupun, dengan catatan, kalau niat.
4. gue nggak percaya yang nulis skenarionya mbak titian wattimena. Mungkin dia lagi sakit kepala pas buat. Padahal gue nggak pernah raguin ni orang dalam setiap film hasil olahan idenya. Tapi untuk kali ini, maaf saja, gue sangat merasa bodoh melihat film ini yang begitu dangkal dan chessy. Dari konflik yang mengada-ada serta karakter yang nggak begitu kuat. Terus lagi ada subplot paling aneh yang pernah gue temuin di sebuah film. seperti hadirnya cerita tentang cowok yang hobi breakdance (atau apa deh gue gatau nama jenis tariannya) terus mati gitu aja karena kanker. Maksudnya apa gitu ya diceritain? Toh gak membawa apa-apa untuk filmnya sendiri. Atau, oh gue tahu, untuk memanjangkan durasi kan?
5. hal diatas semakin diperparah dengan akting karbitan modal tampang irish bella dan aliff ali. Lihat aja deh, ekspresi mereka lebay dan nggak pada tempatnya. Juga cara ngomong yang dibuat-buat. Mungkin sedikit kredit untuk aliff yang memang bukan orang Indonesia. Tapi si irish tuh, tinggal dimana sih sebelumnya, kok logatnya sok english gitu? Lain kali kalo pilih bintang baru cari yang nggak cuma modal tampang tapi juga bisa akting.
6. kehadiran arumi yang kayak artis besar gitu hingga tertempel di poster dengan embel-embel ‘penampilan khusus’ ternyata biasa aja. Cuma mungkin kehadiran dia bisa lebih memberi isi untuk film ini diantara akting semua pemain yang nggak bernyawa. Serius…
7. semakin kesini, gue mulai jenuh sama soundtrack bikinan teh melly. Nada-nada yang seirama dengan lagu sebelumnya dan lirik yang maksa. Padahal biasanya dia kalo bikin lagu bagus-bagus. Nyeleneh tapi keren. Kalo yang ini, absolutely, basi!
8. beruntung lokasi yang dipilih nggak sebasi biasanya meski yang jadi sekolah udah pernah dibikin set untuk film-film nayato sebelumnya bahkan yang terbaru, pocong ngesot.
Kalau ada yang tertipu dengan posternya yang cantik mungkin pantas kecewa sama film ini. Another trash movie from same director with similar theme.
NB: irish bella tuh siapanya pevita pearce sih kok mirip banget?
Rating 0/10
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar