"emang tuhan pernah libur sehari?" - dini
Tanyakan pada siapa saja moviegoers yang tahu sepak terjang om nayato dalam mendirect sebuah film layar lebar dengan berbagai macam alter ego. Jawaban mereka sudah pasti SAMPAH!!! dengan huruf kapital dan tiga tanda seru setelahnya. Entah sudah berapa kali pula gue mereview film hasil kerja kerasnya yang gak jauh jauh dari rating 0 sampai 3. stuck dikisaran itu aja. nggak pernah lebih. Serius!
Bukan, bukan maksud gue untuk pelit. Gue pernah ngasih rating 5/10 untuk lewat tengah malam dan 6/10 buat the butterfly yang bisa gue bilang masterpiece nya om naya. Tapi karena belakangan ini dia semakin over dalam mengeksplorasi sisi sinematografi tanpa mementingkan jalan cerita dan karakter tokoh filmnya. Jangan salahkan kalau cuma itulah yang bisa gue beri.
Kali ini gue mau mereview produk terbaru keluaran starvision yang (lagi-lagi) disutradarai oleh om nayato yang merangkap pula sebagai DOP. merupakan bagian dari trilogi tak berkesinambungan tokoh dan cerita dalam seri virgin yang dibuka dengan begitu fenomenal oleh film pertama pada tahun 2004 bertajuk virgin: ketika keperawanan dipertanyakan besutan om hanny. Dimana saat itu film ini melambungkan nama bintang remaja seperti laudya chintya bella, anggie, uli auliani dan ardina rasti. Lalu disusul sekuel pertama ditahun 2009 berjudul virgin 2: bukan film porno. Dibintangi oleh joana alexandra dan christina santika. Namun nama terakhir rupanya hanya numpang lewat karena tak dijumpai lagi wara-wiri dalam film layar lebar.
Kini setelah 1 tahun lebih berselang, muncul sekual kedua yang lagi-lagi memakai bintang remaja berjenis kelamin cewek dengan muka dan bodi yang hmmm… yummy. Ada irish bella (heart 2 heart), saphira indah (eiffel i’m in love), yessa iona gaffar (kalung jailangkung) serta gege elisa (gaby dan lagunya) dalam film berjudul virgin 3: satu malam mengubah segalanya.
Sinopsis yang gue baca di web resminya seperti ini:
Awalnya, Dini, Tika, Sherry dan Putri hanya berencana merayakan malam terakhir Putri sebelum keberangkatannya untuk melanjutkan sekolah di Melbourne. Atas ide Sherry, walaupun mereka masih di bawah umur, dengan bantuan seorang fotografer Tyo, akhirnya berhasil masuk ke club yang sangat eksklusif. Di sanalah kekacauan mulai terjadi. Anak-anak yang belum pernah mencoba kehidupan malam ini diberi minuman, dan ternyata banyak kejutan yang menanti mereka.
Dini, Tika, Sherry dan Putri harus menghadapi berbagai tipe orang-orang di kehidupan malam yang mencoba memanfaatkan kenaifan dan kepolosan mereka. Sampai akhirnya begitu keesokan pagi, Dini cs terbangun di sebuah hotel dalam keadaan berantakan. Anak-anak ini pun panik, apalagi mereka dikejar oleh Allan, pria misterius yang sepertinya tidak putus asa untuk bisa menangkap mereka. Dini sendiri tersadar kalau ia berkenalan dengan Ben, vokalis band terkenal di malam yang sama. Sherry bangun dalam keadaan luka-luka. Sementara itu Tika malah bangun dengan memakai baju yang bukan miliknya. Sedangkan Putri hilang diculik saat mereka berusaha lari dari kejaran Allan. Apa yang sebetulnya terjadi di malam itu? Bisakah mereka menemukan Putri kembali sebelum semuanya terlambat?
Melihat sekilas sinopsis akan mengingatkan kita pada alur kisah the hangover. Tapi percayalah kalo film ini berbeda. Mungkin jiplak dari segi premis, iya. Tapi secara keseluruhan, very different. And you know what, inilah film nayato terbaik sepanjang tahun ini.
Oke, mungkin kalian agak sedikit kaget kenapa gue bisa bilang film ini baik. Terlepas dari gaya film nayato yang itu-itu mulu: lokasi yang basi, suram, hujan, adegan penuh efek blower, poster film favorit sengaja bertebaran, kilas balik dan kamar mandi, tetep nggak dapat dipungkiri bahwa gue terhibur.
Emang sih ada sedikit kurang tegas dalam menampilkan background karakter tiap tokoh (seperti biasa) dan cameo sampah yang lagi-lagi dibawakan oleh raffi ahmad seperti dalam putih abu-abu dan sepatu kets seolah nggak ada artis lain yang lebih garing dan ganteng dari dia, gue puas akan hasil kerja om naya kali ini. Cerita yang menarik dari awal, scene kejar-kejaran yang begitu brengsek hingga bikin gue senewen, eksplorasi shoot om naya yang lihai banget agar bisa merekam kemolekan tubuh artisnya secara indah serta scene lain yang penuh chaos, bikin gue geregetan dan penasaran serta nggak berkedip sama sekali. Sumpah!
Departemen akting tampil begitu pas. Apalagi muka dan bodi para cewek ini yang eye catching semua. Bikin gue ngiler. Cuman sayang aja, kehadiran anak kesayangan nayato yang lain bernama billy yang berperan sebagai tyo cukup merusak mata. Bosen gue lihatnya. Trus logat english irish bella juga agak lebay kali ya. Padahal di scene lain ngomongnya baik dan bener.
At least, ada kesamaan karakter saphira indah di film ini dan eiffel I’m in love . kalo di virgin kena diabetes akut, di film adaptasi novel rachmania arunita itu dia menderita luka bakar di leher. kok seneng banget jadi obyek penderita sih. hehehe...
At least, ada kesamaan karakter saphira indah di film ini dan eiffel I’m in love . kalo di virgin kena diabetes akut, di film adaptasi novel rachmania arunita itu dia menderita luka bakar di leher. kok seneng banget jadi obyek penderita sih. hehehe...
Di bagian script juga okelah meski ada kekuarangan yang udah gue sebutin diatas. serta perubahan naskah asli pada ending cerita yang semena-mena dilakukan oleh om naya. Selebihnya, oke-oke aja. Rasanya baru kali ini gue nyaman banget lihat ulah om naya di bioskop. Kalo bisa dipertahanin ya om. Jangan terlalu over bereksplorasi pada kamera dan art film. Tapi juga cerita. Jadi demen deh gue sama lo.
Melihat film ini rilis bersamaan dengan dedemit-nya kk dheeraj, membuat virgin 3 serasa the king’s speech. Hahaha…
perhatikan kesamaan ditiap poster dan lihat poster mana yang paling rame kayak pasar.
rating 5.5/10
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar