Menonton film horor Indonesia kini sangatlah menjengkelkan. Tema yang diambil itu-itu mulu. Pocong lagi pocong lagi dengan segala pernak pernik judul corny. Hampir serupa tapi tak sama. Parahnya, terkadang nggak ada yang diutak-atik selain pemain dan sutradara. And then, Bukan Pocong Biasa termasuk salah satunya.
Honestly, entah kenapa gue males banget mereview film ini begitu tahu hasil akhirnya yang sangat mengecewakan. Bahkan saking hopelessnya, gue berniat untuk tidak mereviewnya. Untuk apa? Untuk sekedar menambah jumlah postingan? Sepertinya begitu #eh. Untungnya gue segera sadar diri dan langsung ngebacot apaan deh meski hype filmnya sendiri sudah menghilang lantaran karya ke lima Chiska Doppert di tahun 2011 ini emang, gitu deh...
Tak perlu berpanjang lebar dengan membuat sinopsis, hal repetitif kayak gini sudah sangat menyiksa mental. Okelah, ini film niatnya menghibur. Tapi kalo hasilnya nggak menghibur gimana coba? Siapa yang mesti gue salahin? Emak gue? Tetangga-tetangga gue? Beberapa kali gue mencoba berpikir positif kalo Zaky Zimah itu layaknya Mr.Bean yang hanya dengan melihat muka najisnya saja gue bakal ketawa. Tapi Mr.Bean dan Zaky adalah sosok yang jelas berbeda. Ibarat bumi dan langit, seberusaha keras apapun Zaky melucu, film ini akan tetap garing karena lawakan dia yang repetitif tadi. Lawakan memakai mimik bego apalah itu. Not works, dude! Kalo perlu gue lempar deh sepatu gue yang udah bolong-bolong ini ke layar saking sebelnya. Sebodo dengan hasil akhir gue dilempar keluar petugas dari studio 4 Matos 21.
Terus lagi, tiga pocong dengan pemeran pocong utama yang mukanya sekilas mirip Aming, bahkan lebih menyeramkan dari Aming secara harfiah, sangat tidak membantu membuat film ini mengakak kayangkan penonton unyu seperti gue. Apalagi penonton lain yang sepanjang durasi hampir nggak ada yang ketawa sama sekali. Nggak heran sih, triple kriuk gini... Yang ada malah bikin gue jadi pengen ngelempar tas gue ke layar. Oke, sepatu dan tas gue udah jadi korban lho. Lalu apalagi? Apa perlu hape dan baju juga ikutan gue lempar? Eh, sabar Bee.. Sabar. Inget pencitraan!
Well, yakin deh kalo gini terus, film Indonesia bakalan stuck di tempat. Kenapa sih nggak bikin komedi yang lebih elegan. Yang lebih bermutu gimana gitu daripada film kek gini? Memang sih setingkat lebih baik dari film Nayato atau KKD. Tapi tetep aja hasilnya memuakan!
Semoga tahun depan nggak ada film model ginian lagi. Perlu ditekankan aja, penonton udah jenuh lho dengan hal-hal usang seperti ini. Kenapa nggak kepikiran untuk bikin sesuatu yang fresh from the oven. Bukan mengekor sesuatu yang sebenarnya udah basi level biadab. Kasian juga kalo udah bikinnya susah, keluar duit banyak, tapi nggak begitu laku amat di pasar. Iya kan? And please stop mempelesetkan judul film lagi. Cukup Ada Apa Dengan Cinta?, Kejarlah Daku Kau Kutangkap dan Bukan Cinta Biasa. Jangan sampe tahun depan gue lihat ada film judulnya Poconggg Di Dadaku dengan pemeran Jupe yang boobsnya memang begitulah. Karena gue bakal melempar diri sendiri ke bulan dengan senang hati. Sekian curhat hari ini.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar