Aku selalu rindu saat-saat seperti itu, ketika salju jatuh di Rotterdam. Sering kau genggam tanganku , kita berjalan menembus putih hari penuh salju. Hangat tanganmu bisa kurasakan dari balik sarung tangan rajutan warna coklat tua itu. Aku ingat masa-masa itu, kita sering melewatkan setengah petang menghangatkan badan dengan secangkir kopi hangat di De Veranda Resto.
Di tempat itu pula kencan pertama kita. Tentu kau ingat itu juga bukan? Ku harap demikian. Katamu, makanan di sini murah. Kamu bisa menikmati semangkok split-pea soup* sembari memandang salju yang jatuh di balik kaca jendela. Tempat ini cocok untuk mahasiswa perantau seperti kita. Kamu memang pandai berpromosi ria. Aku tak perlu heran tentang itu. Kamu pun sering mempromosikan keelokan pulau Dewata Bali, pesona pantai dan gugusan kepulauan Raja Ampat, kemegahan Borobudur dan Prambanan, keanggunan batik hingga sejuta pesona nusantara lainnya pada teman-teman sekampus, orang-orang di apartemen dan tentunya beberapa pengunjung di De Veranda Resto. Kamu memperkenalkan Indonesia dengan begitu bangga, sebuah negeri yang selalu disinari hangat cahaya matahari, negeri yang pernah "dikunjugi" nenek moyang orang-orang kota ini-nenek moyang bangsa ini.
“Aku akan membawamu mengitari rimbun pepohonan di Vroesenpark* bila musim semi telah tiba” katamu suatu siang ketika kita menikmati hari terakhir kuliah sebelum libur Natal. Tanganmu menunjuk persis ke utara , mencari Vroesenpark dari balik kaca jendela. Mataku menelisik jauh mengikuti irama tanganmu, tetapi rupa Vroesenpark itu tak juga bisa kupandangi eloknya. Di luar, salju berjatuhan ringan, menghalangi kerinduanku akan musim semi dan rimbun pohon di Vroesenpark.
Dan kini musim semi hampir pasti berganti. Tak ada lagi kehangatan tanganmu seperti ketika salju putih jatuh di Rotterdam kala itu. Kamu telah pergi, menghilang seiring berlalunya musim. Kabar terakhir yang kudengar, kamu kembali ke tanah air untuk menikah. Tentu dengan wanita pilihan orang tuamu yang juga sederajat. Aku tahu itu dari foto profilmu di Facebook. Bisa ku lihat aura bahagia dari selekat senyum yang tak lagi asing dimataku. Di sampingmu, berdiri anggun seorang wanita memegang seikat mawar putih. Bahagia kau kini.
Di sini musim salju sudah berlalu. Salju-salju putih itu telah mencair, menghilang dan tak berbekas ditelan musim semi. Persis seperti cintaku, telah menghilang dan pergi, entah dimana kini. Aku terdiam, mencoba tegar seperti rimbun pepohonan di Vroesenpark.
------------------------------------------------*****---------------------------------------------------
Yogyakarta, 4 Februari 2013.
Suatu pagi di lantai 1 FISIP UPNVY
*Split-pea soup = Sejenis sop musim dingin
*Vroesenpark = Taman bunga di kota Rotterdam, Belanda.
Sumber gambar : MyCafeLove
Di tempat itu pula kencan pertama kita. Tentu kau ingat itu juga bukan? Ku harap demikian. Katamu, makanan di sini murah. Kamu bisa menikmati semangkok split-pea soup* sembari memandang salju yang jatuh di balik kaca jendela. Tempat ini cocok untuk mahasiswa perantau seperti kita. Kamu memang pandai berpromosi ria. Aku tak perlu heran tentang itu. Kamu pun sering mempromosikan keelokan pulau Dewata Bali, pesona pantai dan gugusan kepulauan Raja Ampat, kemegahan Borobudur dan Prambanan, keanggunan batik hingga sejuta pesona nusantara lainnya pada teman-teman sekampus, orang-orang di apartemen dan tentunya beberapa pengunjung di De Veranda Resto. Kamu memperkenalkan Indonesia dengan begitu bangga, sebuah negeri yang selalu disinari hangat cahaya matahari, negeri yang pernah "dikunjugi" nenek moyang orang-orang kota ini-nenek moyang bangsa ini.
“Aku akan membawamu mengitari rimbun pepohonan di Vroesenpark* bila musim semi telah tiba” katamu suatu siang ketika kita menikmati hari terakhir kuliah sebelum libur Natal. Tanganmu menunjuk persis ke utara , mencari Vroesenpark dari balik kaca jendela. Mataku menelisik jauh mengikuti irama tanganmu, tetapi rupa Vroesenpark itu tak juga bisa kupandangi eloknya. Di luar, salju berjatuhan ringan, menghalangi kerinduanku akan musim semi dan rimbun pohon di Vroesenpark.
Salju Putih di Rotterdam |
Dan kini musim semi hampir pasti berganti. Tak ada lagi kehangatan tanganmu seperti ketika salju putih jatuh di Rotterdam kala itu. Kamu telah pergi, menghilang seiring berlalunya musim. Kabar terakhir yang kudengar, kamu kembali ke tanah air untuk menikah. Tentu dengan wanita pilihan orang tuamu yang juga sederajat. Aku tahu itu dari foto profilmu di Facebook. Bisa ku lihat aura bahagia dari selekat senyum yang tak lagi asing dimataku. Di sampingmu, berdiri anggun seorang wanita memegang seikat mawar putih. Bahagia kau kini.
Di sini musim salju sudah berlalu. Salju-salju putih itu telah mencair, menghilang dan tak berbekas ditelan musim semi. Persis seperti cintaku, telah menghilang dan pergi, entah dimana kini. Aku terdiam, mencoba tegar seperti rimbun pepohonan di Vroesenpark.
------------------------------------------------*****---------------------------------------------------
Yogyakarta, 4 Februari 2013.
Suatu pagi di lantai 1 FISIP UPNVY
*Split-pea soup = Sejenis sop musim dingin
*Vroesenpark = Taman bunga di kota Rotterdam, Belanda.
Sumber gambar : MyCafeLove
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar