Pages

Gaby dan Lagunya [2010]

Bookmark and Share

“Ingin ku coba mencari penggantimu, namun tak lagi kan seperti dirimu oh kekasih...”

Seperti itulah penggalan akhir lirik lagu yang pernah heboh beberapa tahun silam berjudul Jauh (Tinggal Kenangan). Lagu tak bertuan yang muncul dalam bentuk potongan suara seorang gadis bernama Gaby dengan iringan gitar yang diedit-sambung hingga mencapai total durasi 4:03 menit itu beredar lebih dulu di dunia maya. Diunduh beberapa orang, lalu berpindah via blutut hape dan diperdengarkan dari telinga ke telinga hingga akhirnya tersiar kabar rancu yang juntrungannya makin mengada-ada, bahkan berbau mistis. Seperti bagian yang menceritakan bahwa lagu Jauh direkam sebelum sosok bernama Gaby, yang entah fiktif atau memang ada di dunia ini, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.

Tak pelak pula ketika media besar makin membuat ‘rusuh’ hingga banyak ‘grup band wannabe’ bermunculan serta sibuk mengklaim bahwa lagu tak bertuan itu milik mereka sampai akhirnya dimenangkan oleh Caramel, band yang kini pun hilang ditelan bumi, melalui jalur hukum serta bantuan para pakar telematika dan pakar terawang gaib yang anehnya mau aja ikut campur ngurusin hal-hal corny kayak gini.

Lalu munculah sosok penulis Agnes Davonar, yang mengaku dari dialah kisah asal cerita Gaby itu bermula. Entah benar atau tidak, nyatanya novel online tersebut banyak memicu keingin tahuan khayalak. Sebelum akhirnya dicetak dalam bentuk buku, lumayan best seller serta menarik minat Lucky Lukman Hakim untuk mengadaptasinya dalam bentuk visual.

So, film Gaby dan Lagunya, adalah kesimpulan akhir dari fakta-fakta yang berkembang. Seolah menasbihkan diri bahwa begini lho cerita lagu ini yang sebenarnya. Tapi setelah dilihat secara keseluruhan. Ternyata sama aja. Siapapun bisa membuat cerita seperti ini. Bahkan tema seperti ini kayaknya uda too basi to be true. Mungkin karena kebawa hype, cerita dangkal dan datar karangan Agnes Davonar akhirnya mampu terjun bebas merangkul sasarannya. Dimana dalam versi live action dibintangi oleh artis-artis pendatang baru layar lebar yang mukanya nggak asing kita lihat dilayar kaca seperti Karina Nadila, Guntur Triyoga, Randy Kjaernett serta anak kesayangan sang sutradara, Leylarey Lesesne.

Seperti yang barusan gue bilang, cerita film ini tipis banget. Karakterisasinya nggak jelas. Yang dijual cuma jalinan kisah cinta bullshit dan tampang-tampang para pemain serta eksplorasi high-low angle khas Nayato yang gue akui terlihat cantik disini. Entahlah. Gue rasa Gaby adalah film om Naya terbaik tahun lalu dari sederet sampah-sampah yang dia produksi. Ya meski seperti biasa: kurang penggalian karakter yang hampir selalu ada di film yang diarahkan, ekskusi akhir yang terlalu cepat sehingga drama yang ingin dijual nggak terasa, akting bintang-bintangnya yang lempeng abis serta beberapa kelebayan (lagi-lagi) khas sutradara yang selalu hobi bermain dengan angin, hujan dan set dekorasi yang menarik untuk diambil kesimpulan sendiri. Seperti munculnya poster film prancis berjudul Amelie contohnya.

At least Gaby dan Lagunya berakhir dengan satu kata: menghibur. Gue sangat menikmati film ini sampe melupakan beberapa fakta yang berusaha gue toleransi. Gambar-gambar cantik yang disajikan memberi nyawa tersendiri. Serta iringan lagu yang cukup enak didengar meski ada beberapa kali muncul scoring merusak telinga namun tidak sampe terlalu parah dan menyiksa. Rasanya 4.2 dari 10 menjadi rating terbaik yang gue berikan ke Om Naya untuk film-filmnya yang beredar tahun lalu. Meski sayang hasil film ini tak terlalu fenomenal karena kisah Gaby sendiri sudah kehilangan pamor.

Rating 4.2/10

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar