Film besutan sutradara yang biasanya bikin film anak-anak ini, sebenernya uda dari jaman gak enak rilis di jaringan 21. tapi entah kenapa baru muncul versi DVD/VCD nya awal mei lalu. Mungkin karena alasan takut nggak ada yang mengoleksi, makanya butuh pemikiran ekstra pintar gimana cara menjual film sampah ini. Makanya deh, dengan bangga di kejar setan mengandeng distributor film ternama, yang selalu ngerilis home video bermutu yahud, jive collection, untuk setidaknya menjual film ini memakai nama istimewa jive. Haha, ini cuma asumsi gue loh. Pelis dong, kayaknya nggak banget aja, jive sampe mau-maunya ngedarin film kancut kek gini. Dan sekarang,saatnya membantai film ini.
1. cerita film ini sangat C.E.L.A.N.A.D.A.L.A.M! haha, gue gak becanda guys, tapi isinya ternyata sampah juga, sampah juga. Premisnya memakai premis film horror lokal yang udah jutaan kali dipake. Gerombolan remaja – syuting film – ada penampakan – mati! Klise banget kan?
2. poin pertama diperparah dengan skenario bikinan sang sutradara nya yang bertele-tele dan nggak jelas mau dibawa kemana. Awal cerita sih oke, catet, awalnya aja. Iya 5 menit pertama. Tapi setelah itu, wow, gue udah mau pingsan seketika.
3. poin kedua diperparah dengan akting bintang-bintangnya yang naudzubillah, komplit merusak film. Ada yang over lebay, nggak niat, kurang ekspresif. Haduh, apa seeeh? Apalagi cewek yang make wig tuh, sumpah ya muka loe kagak nahan. Pengen gue cedukin ke tembok tau gak. Lebay jaya deh pokoknya. Males gue litatnya, kenapa sih skenarionya nggak bikin dia mati awal-awal, ato kebagian peran jadi hantu yang mati diperkosa itu deh. Belum lagi wignya yang kayak wig ully artha. Bikin gue pengen muntah.
4. poin ketiga diperparah dengan durasi yang lamaaaaaaaaa banget. Gini deh, udah tau bintang-bintang baru ini gak bakat akting, tapi tetep aja dipaksa, yang tampak di layar malah adegan-adegan nggak penting yang makin lama makin nggak meaning karena artis yang mainin kayaknya perlu sekolah akting dulu ke Zimbabwe (itupun kalo disana ada). Bahkan penampilann djenar maesa ayu dan indra bekti kelihatan cuma numpang kentut doang.
5. poin ke empat diperparah dengan cara penyutradaraan harry dagoe suharyadi yang FTV banget. Eh lebih parah malah! Levelnya setara kayak film laga gak jelas di indosiar. cuma levelnya agak gue naikin keatas dikit. ya, paling nggak 5 menit pertama adalah alasan gue menaikan levelnya. meski versi panjang 5 menit itu ternyata... beuh, no komen dah!
6. poin kelima diperparah dengan scoring yang asal masuk, ibaratnya ngedit pake windows movie maker. Nggak tepat timing dan kadang motongnya sembarangan. Padahal jujur aja, soundtrack yang dimasukin lumayan enak. Ear catching didengerin pas lagi mau bobo. Untungnya, gue nggak ketiduran.
7. poin diatas makin diperparah dengan poster yang, o em ji, adik gue yang umurnya 3 tahun bikin gitu doang kayaknya bisa deh.
Intinya, sungguh kesia-siaan gue menonton film ini. Harusnya nggak usah aja kalo tau gini doang alias nyampah. Rasanya nggak masalah kalo film ini ngga rilis bentuk home video mengingat hasil akhirnya satu tingkat diatas KKD. Iya, satu tingkat karena gue yakin harry dagoe bisa bikin film lebih dari ini. Mungkin pas bikin film ini dia lagi mabuk, jadi hasilnya pun pantas dimuntahin.
Rating 1/10
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar