rating 0/10
jujur aja, gue kecewa sama film ini. Gak tau kenapa bisa kayak gitu. Entah itu karena wajah si kambing kurang komersil dijual, alur yang menurut gue aneh, percakapan yang kata orang-orang cerdas tapi menurut gue biasa aja dan kawan-kawan. Semua serba flat, garing abis. Nggak ada sesuatu hal yang bikin gue ketawa seperti pas baca bukunya. Kalo baca bukunya, sumpah mampus, ngakak banget! Gue ngakak gak brenti-brenti sampe gue ketularan si Edgar yang suka mencret. Mungkin, ekspektasi yang gue harapin terlalu tinggi kali ya. Jadi pas film baru dimulai 10 menit, gue udah mau tidur ajah.
Film ini nyeritain tentang si kambing (Dika) yang baru lulus SMA dan mau melanjutkan kuliah. Setelah debat nggak penting dengan ortu-nya, akhirnya Dika setuju buat ngelanjutin kuliah di Adelaide. Disisi lain, Dika juga bingung. Soalnya dia rada berat ninggalin Indonesia; terutama ninggalin si kebo, pacarnya. Tapi akhirnya Dika pergi juga ke luar negeri. Tentunya dengan janji manis akan menjaga cinta yang mereka jalin meskipun dipisahkan oleh jarak dan waktu—yang kita tahu ending-nya berujung dengan kata, BULLSHIT!
Setelah berada di Adelaide pun, kata Rudy Soedjarwo, yang menurut gue sangat-sangat membuang waktu dan pandangan hebatnya tentang film, banyak adegan kocak. Tapi menurut gue, kocak apaan sih? Ngaco! Nyesel seribu nyesel, deh.
Kalo gue jadi Kambing, gue nggak bakalan nerima kesempatan emas buat buku gue difilmin. Kalo itu buku masih fiksi kayak DeaLova or Me vs High Heels sih, oke-oke aja. Karena yang main bukan gue. Tapi ini? Kayaknya Dika tuh berkesan mencobloskan dirinya ke lubang tak berujung deh. Dia membuat semua fans-nya kecewa. Gue bukan termasuk dalam daftar itu. Gue suka baca buku dia karena buku dia berbeda. Kalo gue udah jadi fans-nya, bisa nangis darah gue. Karena nggak terima kenapa hasil film ini jadi jelek banget?
Kalo aja Dika mau memikirkan lebih matang lagi, dia tak akan pernah mau menerima tawaran Rudy Soedjarwo untuk bekerja sama membuat versi film dari Kambingjantan. Dia membunuh imajinasi pembaca setianya. Dia membunuh karakter yang sudah melekat di dalam bukunya. Udah tau ini film Soedjarwo sebelumnya yang juga diangkat dari novel terbitan Gagas gak sukses, eh, masih aja mau. Rudy itu sutradara berbakat yang menyia-nyiakan hidupnya untuk membuat sebuah film yang tak seharusnya dia buat.
Poin penting tentang film ini:
1. Pemainnya nggak bermaksud semua.
2. Kegaringan yang mendalam di setiap scene.
3. Soundtrack yang nggak ada enak-enaknya.
4. Kambingjantan menambah daftar film sampah di Indonesia.
5. Udah, ini ajah deh.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar