Pada kisah sebelumnya telah diceritakan Syekh Abdul Majid Dirampok Penyamun, dan kali ini ada Peristiwa fenomenal yang dialami Syekh Haji Abdul Majid diberi tangkat orang tak orang tak dikenal saat beristirahat dipertengahan Bukit Marapalam- Dunia Hukum
Disusun oleh: Buya Haji Ramli, M.Nur Engku Mudo, Almanar HAM
Pagi-pagi sesudah sholat shubuh dimasa belajar di Tanjung Bonai Syek Abdul Majid turun dari surau untuk mendapatkan sedekah seperlunya karena perbekalan sudah habis. Dan sebelumnya terlebih dahulu minta izin kepada guru. Dan guru mengharapkan agar Abdul Majid kembali segera karena nanti sesudah zuhur ada undangan pergi berdo’a di rumah tetangga.
Sebagaimana biasa beliau menuju nagari Batu Bulat turun ke Andaleh. Perjalanan hanya sampai disini, sebab buntil sudah hampir penuh juga walaupun rumah-rumah yang biasa dikunjungi masih banyak lagi yang akan didatangi.
Teringat dengan pesan guru bahwa beliau harus kembali ke Surau sebelumZuhur karena ada undangan yang harus dihadiri, maka beliau mengarahkan langkah kembali pulang dengan hati gembira, pikiran tenang. Biasanya apabila buntil ini penuh, sudah cukup untuk sebulan bahkan bisa berlebih.
Tepat tengah hari, walaupun panas terik, namun bukit harus didaki supaya beliau sampai tepat waktu, tidak ingkar janji dengan guru. Sampai dipertengahan Bukit Marapalam, mulai terasa haus dan lapar karena sejak pagi belum ada satu pun yang masuk perut, maka beliau berhenti duduk dibawah sebatang pohon yang sangat rindang. Hampir-hampir ia tertidur dibawah pohon itu karena letih dan sejuk lagi ditiup angin. Tak lama kemudian, terdengar suara mengucapkan ,”Assalamu’alaikum”, lalu beliau jawab, “Wa’alaikumussalaam, wa rohmatullaahi wa barokaatuh”. Akan tetapi orang yang member salam itu belum kelihatan, dan beliau menoleh kekanan dan kekiri, ternyata didepannya telah berdiri seorang laki-laki berpakaian putih, berbadan tegab dan tampan.
Laki-laki itu berkata, “Wahai pakih, ini tongkat untuk kamu pakai dan tongkat ini akan diambil kembali di Madiinatul Munauwawarah”. Begitu tongkat itu diberikannya lalu diterima, laki-laki itu hilang tak kelihatan oleh mata. Entah kemana perginya, wallaahu a’lam dan yang dapat disimak hanyalah suaranya saja. ‘Ini tongkat untuk kamu pakai dan tongkat ini akan diambil kembali di Madinatul Munawwarah:”.
Abdul Majid sendiri waktu itu belum tahu dimana Madinatul Munawwarah dan yang ia tahu hanyalah tongkat ini adalah “tongkat amanah”. Dapat membantunya kemana ia pergi. Kemudian beliau berdiri dan terus berjalan dengan hati yang tenang hingga sampai disuraunya.
Sesuai dengan perjanjian terhadap guru, maka beliau melapor bahwa ia telah kembali dari perjalanan ke Andaleh. Sewaktu kembali ditengah perjalanan beliau diberi tongkat oleh orang yang tidak beliau kenal. Guru berpesan, itu adalah amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya, baik datang dari Tuhan maupun manusia. Selesai sholat Zuhur merekapun pergi menghadiri jamuan. (*) bersambung klik dinisi - kisah sebelumnya klik disini
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar