Awal bulan, persis tanggal satu, om nayato udah sukses meneror kotoran ke jaringan 21 di negara gue, indonesia raya tercinta. Dengan judul film yang awalnya nggak penting memakai Pelet Celana Dalam dan berubah makin nggak penting menjadi Pelet Kuntilanak setelah mendapat banyak protes. Asumsi gue sih emang sengaja dibikin sensasi biar kena protes. Cih, tai banget sih! (Eits, sabar Bee, belum waktunya sadis. Ini kan masih prolog).
Sebenarnya gue males ya nulis review ini. Serius! Gue takut lepas kontrol setelah beberapa bulan gue nggak memanggil anjing atau menyebut nama anjing di review karena emang film yang gue tonton nggak buruk-buruk amat. Tapi untuk kali ini gue sudah nggak bisa nahan kesabaran. Bahkan gue udah berani sumpah keramat KALO GUE GAK BAKAL NONTON DAN REVIEW HOROR PRODUKSI NAYATO ANJING LAGI!! Pegang janji gue ya, guys.
Gini deh ya, film itu kan dibuat untuk ngehibur. Seseram-seramnya setan, seromantis-romantisnya drama percintaan, segaring-garingnya komedi slapstik, pasti tujuannya cuma satu: buat ngehibur. Tapi apa yang dilakukan oleh production house milik insan film sesat indonesia kedua setelah kk dheeraj kali ini sungguh TAI yang seTAI-TAINYA.
Sumpah, baru 10 menit duduk dibioskop gue udah nggak tenang. Perasaan gue udah campur aduk antara pengen boker, muntah, jeduk-jedukin kepala ke tembok, gigit kursi, sobek layar atau gantung diri. Karena film ini sangat nggak layak konsumsi. Oke, gue maklumi para pemainnya, terutama muka Debby Ayu yang sangat gak enak dilihat karena penuh bintik-bintik (meski bukan maunya Debby Ayu, tuh muka sangat mengganggu. dia artis kan? Harusnya bisa rawat itu muka deh). Tapi gue nggak bisa memaafkan apa yang telah dilakukan oleh sutradara kelas kakus bertitel Koya Pagayo atau Nayato atau apalah sejuta nama kloningan dia yang sangat menjijikan. Yang pasti sutradara TAI dan semua-muanya yang mengatasnamakan film horor esek-esek nggak jelas kayak gini pantas masuk neraka. Gue nggak peduli lo dapet makan dari sini. Karena apa yang lo hasilin sungguh nyiksa penonton lahir batin. Gue, maki-maki kayak gini tentu punya alasan karena filmnya emang jelek banget. Bahkan nggak bisa disebut film deh. Mungkin bisa juga disebut film yang diedarkan untuk tikus-tikus got. Nah, kayaknya yang itu baru cocok.
Cerita filmnya tuh dangkal, tentang 3 anjing betina yang sok-sok nggak peduli soal keperawanan. Yang sok-sok penting dengan make pelet dari dukun sok-sok mistik dan akhirnya muncul setan wanita yang sok-sok nyeremin padahal nggak ada apa-apanya. Tuh, dari sini aja udah sampah. Belum lagi dialog-dialog yang super absurd dan pantesnya tuh diobrolin antar tikus-tikus got. Jadi lupakan ceritanya karena emang nggak pantas gue tulis disini.
Nah hal diatas diperparah dengan ulah sutradara anjing yang kayak biasanya. Tapi entah kenapa gue lihat ini yang paling parah dari film dia yang udah-udah. udah ngedit gak bener, timeline loncat-loncat dan scoring basi itu merusak pendengaran dari awal sampe mendekati akhir (iya, gue udah keluar karena nggak tahan pengen bunuh diri). pokoknya semua elemen di film ini nggak ada yang beres deh!
In the end, Pelet Kuntilanak sangat nggak layak konsumsi. Bukan tontonan manusia normal. Pantesnya ditonton sama bangsa hewan-hewan pengerat dan lelembut. Itupun gue gak yakin mereka bakal betah nontonnya. Atau lebih tepatnya tontonan yang dianggap sekelas dengan The Tree of Life yang baru menang Cannes itu oleh Nayato sendiri saking hebatnya dia ngebangga-banggain cara menyutradarai film eh tai macam ini. Sori ye bagi kalian yang uda nonton dan kesindir. Ini sebagai penegas aja bahwa kalian goblok kalo nonton film ini. Gue juga goblok, makanya gue nggak mau kalian ikutan goblok kayak gue gara-gara nekat. Sangat dianjurkan bagi yang ingin mati muda atau orang-orang yang uda hopeless sama hidupnya. sekian
rating -/10
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar